Dibalik serangan Amerika dan Inggris kepada Houthi Yaman ada konflik antara entitas penjajah Yahudi dengan Iran
https://rumah-tsaqofah.blogspot.com/2024/01/dibalik-serangan-amerika-dan-inggris.html?m=1(Pemerhati Politik International, Founder Rumah Tsaqofah)
Semenjak Operasi badai Al Aqsha di mulai pada Sabtu (7/10/2023) oleh Hamas dan sayap militernya ke wilayah - wilayah yang diduduki entitas penjajah Yahudi mengalami kemajuan signifikan, bahkan IDF mengumumkan pada Kamis (28/12/2023) sekitar 501 tentaranya tewas, namun disinyalir tentara yang tewas jauh lebih besar.
Serangan balasan pun dilakukan oleh entitas penjajah Yahudi ke wilayah Gaza, Laporan Anadolu Agency (AA), menyebut sebanyak 24.100 warga Palestina telah tewas akibat serangan Israel. Sementara sekitar 60.834 terluka.
Dukungan dari masyarakat internasional terutama Dunia Islam terhadap Hamas dan Palestina secara umum kembali menggeliat, bukan hanya dukungan yang bersifat moril, dukungan berupa aksi militer pun dilakukan oleh Hizbullah di Lebanon dan Pemerintahan Houthi di Yaman.
Menarik untuk dikaji keterlibatan Hizbullah Lebanon dan Houthi Yaman dalam serangan terhadap entitas penjajah Yahudi, apakah murni solidaritas karena ikatan akidah atau ada motif yang lain ?
Pertama, perlu dipetakan terlebih dahulu kekuatan politik yang bermain di kawasan Timur Tengah. Secara umum ada dua kekuatan politik yang bermain kawasan tersebut, yaitu kekuatan politik global dan kekuatan politik regional .
Ada 2 Kekuatan politik global yang bermain di kawasan Timur Tengah. Yang pertama Inggris yang memang secara historis membidani lahirnya negara-negara di kawasan tersebut selain itu tentu Inggris juga mempunyai kepentingan terhadap sumber daya Alam di kawasan.
Yang kedua adalah Amerika Serikat,
Sebagai sebuah negara adidaya, Amerika memiliki kepentingan yang besar mulai dari ideologis, geopolitik, kekayaan alam hingga faktor menjaga eksistensi entitas Yahudi, tak heran semenjak era perang dunia kedua berakhir dominasi Inggris mulai digantikan oleh Amerika di kawasan tersebut.
Itu terlihat mulai dari pendudukan Irak, Mansour Hadi yang pro inggris di Yaman yang digantikan oleh Houthi, juga embargo terhadap Qatar tidak lepas dari peran Amerika.
Sedangkan kekuatan Politik regional dimainkan oleh Saudi, Iran dan entitas penjajah Yahudi yang didukung penuh oleh Amerika. Semua kekuatan politik regional itu ada dalam jangkauan atau kendali negara super power Amerika.
Dalam menjalankan strategi global maupun regionalnya, Amerika kerap menjalankan politik ‘dua wajah’ yang seolah bertentangan, namun pada dasarnya tetap dalam kerangka kepentingan Amerika. Politik ‘dua wajah’ ini tampak di kawasan Timur Tengah dari bagaimana sikap Amerika menempatkan Saudi dan Iran dalam kendali atau orbit kepentingan Amerika.
Saudi diposisikan sebagai negara yang secara general diposisikan sebagai mitra Amerika. Washington secara terbuka menunjukkan hal itu dalam pergolakan kawasan Timur Tengah. Amerika pun secara terbuka menunjukkan keseriusannya untuk mempertahankan hubungan dengan Saudi
Adapun Iran diposisikan oleh Amerika sebagai negara musuh yang berseberangan dengan Amerika.Amerika juga berseteru dengan Iran secara terbuka dalam masalah pengembangan kemampuan nuklir Iran. Namun, perlu diperhatikan, dalam banyak hal justru Iran melakukan beberapa langkah politik yang sejalan dengan kepentingan Amerika, meskipun dalam posisi ‘musuh’ Amerika.
Sejak awal Revolusi Iran, peran Amerika tidak bisa diabaikan. Selama keberadaan Khomeini di Prancis di “ Neauphle-le-Château”, ia dikunjungi delegasi Gedung Putih dan terjadi perjanjian kerjasama Khomeini dengan Amerika. Hal ini pernah diungkap mantan Presiden Iran Abu al-Hasan Banu Shadr pada 1 Desember 2000 di channel Aljazeera.
Lalu dalam dinamika politik Lebanon yang ada dalam kendali Amerika, Washington membiarkan keberadaan Hizbullah yang didukung penuh Iran. Begitu pula dengan Houthi di Yaman yang didukung penuh oleh Iran, Amerika membiarkan Houthi menggerus kekuasaan Mansour Hadi yang pro Inggris, bahkan serangan Arab Saudi justru menguatkan posisi Houthi serta melemahkan Mansour Hadi. Hal ini sudah dijelaskan oleh Syaikh Atha Abu Rusytah Amir Hizbut Tahrir dan Realitas itu yang kita lihat sekarang.
Kedua, Kecemasan entitas penjajah Yahudi dibawah pimpinan Netanyahu terhadap program nuklir Iran menuai sikap memaklumkam serangan terhadap Iran. Seperti yang dilansir Situs al-Arabiya.net (10/3/2023), Netananyahu menyatakan “Sejarah akan berubah” jika Iran menjadi negara bersenjata nuklir. Netanyahu juga mengatakan bahwa prospek rezim yang “berkomitmen untuk menghancurkan” negaranya yang memiliki senjata nuklir tidak terpikirkan.
Lebih lanjut dia mengatakan “Kami akan mempertahankan hak kami untuk membela diri dan dengan demikian membela banyak orang, termasuk rakyat Iran,”
Lantas itu dibuktikan dengan sudah beberapa kali entitas penjajah Yahudi ini menyerang industri militer Iran di Isfahan dengan menggunakan pesawat drone. Iran juga pernah menuduh penjajah Yahudi ini melakukan sabotase terhadap fasilitas nuklir Iran yang menyebabkan kerugian 10 miliar dolar AS. Termasuk membunuh ilmuwan-ilmuwan nuklir Iran. Namun, Iran selama ini tidak memberikan balasan yang mematikan dan seimbang.
Pejabat tinggi militer AS sendiri menghalangi Netanyahu memicu perang dengan Iran dengan mendorong Direktur Badan Energi Atom Internasional untuk meringankan pernyataan nuklir dan melunakkannya dengan Iran.
Ketiga, dengan adanya operasi badai Al Aqsha yang dilakukan Hamas dan sayap militernya merupakan momentum yang tepat bagi Iran membalas serangan entitas penjajah Yahudi terhadap fasilitas militer Iran dengan menggunakan proxynya yaitu Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman.
Itu dibuktikan dengan kompaknya Hizbullah melancarkan serangan roket dari Lebanon ke wilayah perbatasan dengan entitas penjajah Yahudi, sementara Houthi di Yaman mendeklarasikan perang dan mengarahkan rudalnya ke wilayah entitas Yahudi walaupun tidak berefek signifikan.
Selain itu juga Houthi memblokade jalur pelayaran menuju laut merah, membajak dan menyerang kapal-kapal yang berkaitan dengan penjajah Yahudi.
Publik entitas penjajah Yahudi sadar betul bahwa dibalik serangan Hizbullah dan Houthi adalah Iran.
Ini akan menjadi legitimasi Netanyahu untuk menyerang Iran sekaligus mengembalikan kepercayaan rakyat penjajah Yahudi itu terhadapnya yang diterpa isu korupsi, sehingga menimbulkan protes yang besar sepanjang sejarah entitas penjajah tersebut.
Seperti halnya Netanyahu menyerang Gaza secara membabi buta juga dalam rangka mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap dirinya.
Keempat, Nampaknya Iran ingin memberikan balasan yang keras terhadap entitas penjajah Yahudi dengan menggunakan manuver Houthi yang terus menargetkan pelayaran di laut merah yang berkaitan dengan entitas penjajah tersebut. Jelas Hal ini mengganggu ekonomi kawasan, maka tentu saja Amerika dan Inggris sebagai kekuatan politik global di kawasan tersebut tidak akan tinggal diam.
Disamping itu Amerika menangkap sinyalemen Netanyahu untuk menyerang Iran, apalagi rencana ini sudah terbersit sudah sejak tahun lalu. Amerika Serikat sendiri tidak sejalan dengan rencana Netanyahu ini. Saat ini Amerika lebih disibukkan untuk menghadapi krisis Ukrania setelah intervensi Rusia. Amerika juga sedang serius menghadapi kekuatan Cina yang sedang meningkat, terutama ekonomi. Amerika tidak mau disibukkan saat ini dengan serangan entititas penjajah Yahudi ke Iran, Sebabnya apabila itu terjadi, bagaimanapun Amerika mempunyai komitmen bahkan harga mati untuk menjaga keamanan entitas penjajah Yahudi ini.
Maka untuk menstabilkan ekonomi kawasan serta meredam Netanyahu, Amerika perlu segera mengambil tindakan dengan cara menyerang Houthi di Yaman dengan kadar yang terukur, sehingga legitimasi Netanyahu menjadi berkurang serta bisa meredam perang offensive entitas penjajah Yahudi dengan Iran.
Amerika sadar betul apabila serangan terhadap Houthi menggunakan Saudi akan berefek negatif karena Hal ini berkaitan dengan Isu entitas penjajah Yahudi, berbeda dengan beberapa tahun yang lalu ketika Saudi langsung menyerang Houthi karena isu kudeta terhadap Mansour Hadi.
Amerika tahu persis serangan terhadap Houthi Yaman tidak akan memunculkan serangan balasan yang mematikan dari kelompok itu, disamping tentunya Iran tidak akan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap Amerika.
Tentunya Amerika bersama Inggris melakukan serangan untuk menunjukkan, bahwa Amerika tidak sendirian dalam menjaga kestabilan di kawasan mengingat kedua negara Ini mempunyai kepentingan yang sama terhadap kawasan tersebut.
Jadi Sulit didefinisikan bahwa bahwa serangan yang dilakukan oleh Houthi maupun Hizbullah terhadap entitas penjajah Yahudi dilatarbelakangi akidah Islam, mengingat ikatan nasionalisme yang begitu kuat terlebih faktanya kedua kelompok ini merupakan mitra Iran di kawasan yang kompak melakukan serangan.
Ikatan berdasarkan akidah Islam, hanya bisa direalisasikan oleh sebuah negara yang berasaskan akidah Islam juga dengan politik luar negerinya adalah dakwah dan jihad yang berfungsi menyebarkan Rahmat Islam ke seluruh Alam, dan negara itu adalah Khilafah. Wallohu'alam