Perpecahan Sebuah Keniscayaan dalam Demokrasi
https://rumah-tsaqofah.blogspot.com/2021/03/perpecahan-sebuah-keniscayaan-dalam.html
Apakah praktek politik saat ini di antara para pemimpin, partai politik, anggota partai, dan pendukungnya baik di pihak pemerintah dan oposisi, benar-benar keluar dari kepentingan kelompok dan sikap saling membenci?
ketika musim pemilihan umum mendekati kita,
Masyarakat seharusnya dapat melihat dan menyadari hal ini. Bahwa sesungguhnya peristiwa ini terus saja terulang.
Yaitu, apa pun akan dilakukan oleh partai-partai politik yang bersaing untuk memastikan kelangsungan hidup politik mereka masing-masing dapat berlanjut.
Pertanyaannya, benarkah partai-partai politik saat ini, terutama partai pemerintah, benar-benar di luar kepentingan politik dan rasa kebencian?
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa fitnah fitnah, saling mempermalukan satu sama lain selalu mewarnai panggung politik negara ini. Bahkan, setiap musim pemilihan umum sebelumnya, orang-orang disuguhi setiap hari di koran, berita elektronik atau di internet tentang kampanye politik yang penuh dengan caci maki, kebencian dan penghinaan dari politisi sebagai hasrat mereka untuk berkuasa atas lawan.
Sayangnya, tindakan ini diikuti oleh kelompok akar rumput masing-masing yang saling menyerang, termasuk di media sosial, yang melambangkan perpecahan yang signifikan di antara masyarakat, terutama kaum Muslim, karena membela partai politik dan jagoannya masing-masing.
Jika dikaji secara mendalam, ini adalah di antara substansi yang terjadi sebagai akibat dari praktik dan penerapan sistem politik berbasis demokrasi. Sistem politik demokrasi yang lahir dari ideologi kapitalisme / sekularisme telah menyebabkan masyarakat menjadikan manfaat sebagai dasar untuk melakukan sesuatu, termasuk dalam urusan politik. Oleh karena itu, konsep tujuannya adalah untuk menghalalkan segala cara yang akhirnya masyarakat berkesimpulan bahwa politik penuh dengan keburukan dan kekejian.
Sedangkan dalam Islam, sistem politik merupakan urusan yang tidak terpisahkan dari ajaran Islam dan harus dilaksanakan secara konsisten dengan ketentuan Alquran dan as-Sunnah. Dengan kata lain, tidak ada pemisahan antara Islam dan politik.
Menurut [Syekh Taqiyuddin an-Nabhani, Muqaddimah ad-Dustur],
Politik dalam Islam pada dasarnya adalah "mengatur / mempertahankan urusan rakyat baik di dalam maupun di luar negeri .
Oleh karena itu Sesungguhnya, Islam lebih mementingkan kesatuan dan persatuan Kaum Muslimin, bukannya politik perpecahan seperti yang dipraktikkan saat ini.
Jadi apakah kita ingin mempertahankan perpecahan dengan melestarikan sistem demokrasi ataukah kita ingin merajut persatuan dengan menegakkan sistem Islam?
Allah SWT berfirman:
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖ وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَآءً فَاَ لَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖۤ اِخْوَا نًا ۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَ نْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَـكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ
"Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 103)