Membentuk Partai Politik Islam Sejati: [Silabus Kitab AL-TAKATUL AL-HIZBIY]
https://rumah-tsaqofah.blogspot.com/2021/02/membentuk-partai-politik-islam-sejati.htmlKebangkitan umat mutlak membutuhkan sebuah partai politik Islam sejati yang benar-benar mampu mengantarkan umat meraih kemuliaannya. Adanya partai politik Islam yang sahih merupakan jaminan bagi tegaknya Daulah Khilafah Islamiyah, serta jaminan bagi penjagaan eksistensinya
Tegak dan terjaganya Daulah Khilafah Islamiyah bergantung pada partai politik Islam sejati itu. Maka memahami bagaimana membentuk partai politik Islam yang sahih merupakan keharusan bagi kaum muslimin.
Tulisan ini adalah sedikit gambaran tentang kitab al-Takattul al-Hizbi, kitab karya Taqiyuddin an-Nabhani yang menjelaskan bagaimana pembentukan kelompok Islam yang ideal serta berbagai tahapan dan langkah yang akan ditempuhnya, demi mewujudkan sistem kehidupan Islam.
Kitab al-Takattul ini memang tak bisa dilepaskan dari kitab-kitab sebelumnya yaitu kitab Nizham al-Islam yang menjelaskan Islam sebagai sistem kehidupan dan kitab Mafahim Hizbut Tahrir menjelaskan pokok-pokok pikiran HT yang biasanya dikaji dalam pembinaan internal HT.
Sebab setelah seseorang memahami Islam sebagai sebuah sistem kehidupan (nizham al-hayah), dimungkinkan dia akan bertanya,“Lalu bagaimana mewujudkannya dalam realitas kehidupan?” Kitab al-Takattul ini berusaha menjawab pertanyaan tsb. Sehingga, untuk mewujudkan Islam sebagai sistem kehidupan, mutlak diperlukan negara (Khilafah). Dan untuk mengembalikan Khilafah itu, mutlak diperlukan sebuah partai politik Islam yang sahih.
Dulu saat mengkaji kitab al-Takattul, acap kali membuat saya kesulitan menangkap maksudnya. Kitab ini memang mengandung kompleksitas yang tinggi, ditulis secara simultan dalam 55 halaman tanpa bab dan anak judul. Demikian pula kitab ini hanya secara global menjelaskan setting sejarah sejak abad ke-19 M dan berbagai kondisi gerakan-gerakan Islam yang ada, tanpa menuliskan apa nama gerakannya. Tulisan ini sedikit mengurai gambaran Kitab al-Takattul al-Hizbi tsb.
I. Kondisi umat sebelum PD I (hal. 8-9)
1.Daulah mundur sebagai akibat dari:
•Kelemahan pemikiran politik Islam
•Buruknya penerapan Islam
•Buruknya penerapan Islam
2.Tsaqofah asing masuk dan terjadi pengiriman pelajar ke Prancis untuk belajar tsaqofah asing (Sekularisme, Pluralisme, Nasionalisme, Demokrasi, dll) sebagai akibat dari point 1
Jenis-jenis Harakah yang muncul untuk memperbaiki Daulah:
1)Harakah Kaumiyah (Nasionalisme dan Kebangsaan)
Aktivitas: membangkitkan umat agar bisa lepas dari Daulah dengan mengatasnamakan kemuliaan Arab, Turki, dll, membawa pada Revolusi Arab
Aktivitas: membangkitkan umat agar bisa lepas dari Daulah dengan mengatasnamakan kemuliaan Arab, Turki, dll, membawa pada Revolusi Arab
2)Harakah Islamiyah
Aktivitas: membangkitkan umat dengan seruan yang umum agar kembali kepada Allah, dll, membawa mereka menakwilkan Islam agar sejalan dengan sikon dan aturan asing
Aktivitas: membangkitkan umat dengan seruan yang umum agar kembali kepada Allah, dll, membawa mereka menakwilkan Islam agar sejalan dengan sikon dan aturan asing
3)Harokah Wathoniyah (Patriotisme)
Aktivitas: membangkitkan umat dengan melawan kezaliman penjajah di wilayah Daulah, membawa mereka pada perjuangan murahan
Aktivitas: membangkitkan umat dengan melawan kezaliman penjajah di wilayah Daulah, membawa mereka pada perjuangan murahan
= ketiga jenis harakah ini semakin menguatkan kekuasaan kafir penjajah atas negeri-negeri Islam
II. Kondisi umat setelah PD II (hal. 10-15)
1.Daulah runtuh 1924
2.Penguasaan Barat secara langsung terhadap Daulah lewat agen-agen, pemikiran dan dana sehingga:
•Tsaqofah asing masuk dalam kurikulum dan menjadi kepribadian serta menjadi kiblat pemikiran umat
•Peracunan pemikiran dan pendapat politik disertai falsafah yang merusak cara pandang, suasana keislaman dan pemikiran kaum muslim dalam seluruh aspek kehidupan
Kondisi ini mendorong kaum muslim untuk kembali menegakkan Daulah, namun karena kondisi poin 2, kutlah yang berdiri untuk menegakkan kembali Daulah akhirnya banyak mengadopsi konsep pemikiran politik dan kebangkitan yang keliru.
Jenis-jenis harakah yang muncul:
1)Harakah Syuyu’i: Sosialisme-Komunisme
2)Harakah Jama’iyyah:
•Khairiyyah; bergerak dalam bidang sosial dan pendidikan karena memahami umat akan bangkit jika mereka cerdas dan memiliki ekonomi yang kuat dan didasarkan pada QS al Maidah:2.
Membahayakan karena umat teralihkan dari upaya menegakkan Daulah disebabkan mereka merasa puas dan tentram dengan kegiatan-kegiatan sosial dan merasa keperluan mereka telah dipenuhi meski bukan oleh Daulah
•Akhlaqiyyah; bergerak untuk memperbaiki akhlak umat karena memahami umat akan bangkit jika akhlaqnya baik sebagaimana Rasulullah saw, hal ini disebabkan mereka keliru memahami definisi dan faktor-faktor pembentuk masyarakat
= harakah-harakah yang ada gagal memperbaiki Daulah
III.Kegagalan Harakah membangkitkan umat (hal. 26)
1.Gagal;
•Daulah runtuh dan terpecah-belah
•Arah perjuangan Islam berubah (bukan lagi untuk menegakkan kembali Daulah)
•Arah perjuangan Islam berubah (bukan lagi untuk menegakkan kembali Daulah)
2.Faktor-faktor kegagalan (hal.1-7)
1)Berdiri diatas pemikiran yang:
•Umum (fikrul ’amah) tanpa batasan yang jelas, kabur (ghomidah) atau samar (syibh ghamidah)
•Tidak mengkristal (at tabalwar) atau menjasad/terinternalisasi (tajassud) pada diri pengemnbannya, sehingga mereka tidak mampu memberikan batasan yang jelas
•Kehilangan kebersihan (an niqa’)-nya, mereka tidak menyadari masuknya pengaruh tsaqofah asing pada pemikiran Islam yang mereka ambil, seperti kaidah-kaidah syara yang berasal dari hukum Barat
2)Tidak mengetahui metode untuk menerapkan pemikirannya, disebabkan oleh:
•Tidak memahami fase dakwah dan hukum apa saja yang dilakukan Rasulullah saw sebagai amir hizb rasul
•Tidak membedakan antara fikrah, thoriqoh, uslub, dan wasilah
3)Bertumpu pada orang-orang yang kesadarannya tidak shohih dan tidak sempurna disebabkan oleh:
•Tidak memiliki kesadaran terhadap fikrah dan thoriqoh perjuangan
•Para anggota hanya berakal semangat (rughbah) saja. Mereka tidak memiliki kehendak (iradah) yang sempurna karena mereka tidak memahami fikrah dan thoriqoh yang dapat menguatkan keinginan untuk merealisasikan tujuan
4) Tidak memiliki ikatan partai yang shohih diantara para anggotanya, disebabkan oleh:
•Aqidah Islam tidak menjadi asas saat merekrut kader, yakni hanya berdasarkan kedudukan, hubungan pertemanan dan kemaslahatan tertentu saja
•Aqidah Islam tidak menjadi asas pemikiran partai sehingga tidak ada pemikiran yang menyatukan para anggota
IV.Penjelasan partai yang shohih untuk membangkitkan umat
1.Asas pemikiran (fikrah): Mabda Islam (hal 26)
•Pemikiran yang menyeluruh (fikrul kulliyah) yang bersifat fundamental (berasaskan pada satu aqidah tertentu) dan integral (mencakup segala aspek kehidupan)
•Terintegrasi pada diri anggota yang sekaligus menjadi ikatan diantara mereka
•Mengalami pembersihan (an-niqa’) dari masukan pengaruh selain Islam baik ushul maupun furu-n sehingga kebersihan dan kejernihan pemikiran Islam tetap terjaga
•Pemikiran yang suci, maksudnya gamblang (wudhuh ar-ru’yah) yakni keterkaitan antara pemikiran dasar maupun cabang dapat dipahami dengan jelas. Dengan kata lain pemikiran tersebut berdasarkan pada dalil-dalil yang terpancar dari aqidahnya
(Entry point penjelasan dimulai dari definisi, sumber, karakteristik mabda’ secara umum, baru dilanjutkan menjelaskan mabda’ Islam untuk merefresh qiyadah fikriyah Islam dan mengaitkan ke poin asas pemikiran partai)
2.Proses munculnya partai yang shohih
•Adanya seorang yang berjiwa bersih yang tertunjuki kepada mabda’ dan memahami fikrahnya yang mendalam dan thoriqahnya dengan jelas sebagai sel ula
•Sel ula menawarkan mabda’ yang dipahaminya kepada orang-orang yang dipandang akan dapat menerima, kemudian terbentuk halqah ula lil hizb sekaligus sebagai pimpinan (qiyadah hizb) yang memiliki karakter;
1.Berjumlah sedikit
2.Bergerak lamban
3.Lafadz-lafadz ungkapan asing didengar masyarakat
4.Pemikiran mendalam dan thoriqah kebangkitan mendasar, mereka seperti ”terbang di atas awan”
5.Pemikiran bertumpu pada kaidah:
•Pemikiran harus berkaitan dengan aktivitas/amal
•Pemikiran harus berkaitan dengan aktivitas/amal
•Pemikiran dan amal harus mempunyai suatu tujuan yang hendak dicapai
•Bersandar pada mabda’ sehingga tetap tercipta suasana keimanan pada saat mencapai tujuan tersebut
6.Ikatan aqidah dan tsaqofah partai harus sudah ada dan mengikat anggota halqoh ula
•Halqoh ula berkewajiban menciptakan gerak-gerak terarah serta suasana keimanan (tercipta karena telah terinternalisasinya mabda’ Islam dalam diri para kader partai yakni kesadaran akan tujuan, motivasi, nilai, tolak ukur, dan dalil-dalil yang berkaitan dengan aktivitas pencapaian tujuan partai) dalam kaderisasi partai sehingga dapat berubah secara cepat menjadi kelompok kepartaian (kutlah hizbiyyah)
•Gerak tararah halqoh ula dapat diserupakan dengan motor pabrik;
1.Kesamannya:
•Komponennya: fikrah partai/mabda’ (percikan api dari busi), perasaan kader partai yang penuh kesadaran (bensin), manusia/para kader partai yang perasaannya terpengaruh oleh fikrah partai (gerakan motor)
•Proses bergeraknya:
√ Motor yang digerakan gas/distarter (kader partai yang terpengaruh perasaannya oleh fikrah) mempunyai energi panas yang dihasilkan dari percikan api (fikrah partai) dan bensin (perasaan kader partai yang penuh kesadaran) akan menghasilkan tekanan gas yang mendorong piston untuk menggerakkan seluruh peralatan motor (kesadaran akan mabda’ memanaskan dan mendorong kader partai dalam hal ini qiyadah hizb untuk bergerak dan gerakan qiyadah hizb ini menggerakkan bagian-bagian lain dari partai baik para hizbiyyin/hizbiyyahnya, halqoh-halqoh, lajnah-lajnah mahalliyahnya, dll. Gerakan semua komponen partai membuat hizb berkembang dalam pembentukan dirinya.
√ Motor yang digerakan gas/distarter (kader partai yang terpengaruh perasaannya oleh fikrah) mempunyai energi panas yang dihasilkan dari percikan api (fikrah partai) dan bensin (perasaan kader partai yang penuh kesadaran) akan menghasilkan tekanan gas yang mendorong piston untuk menggerakkan seluruh peralatan motor (kesadaran akan mabda’ memanaskan dan mendorong kader partai dalam hal ini qiyadah hizb untuk bergerak dan gerakan qiyadah hizb ini menggerakkan bagian-bagian lain dari partai baik para hizbiyyin/hizbiyyahnya, halqoh-halqoh, lajnah-lajnah mahalliyahnya, dll. Gerakan semua komponen partai membuat hizb berkembang dalam pembentukan dirinya.
= oleh karena itu energi panas dari qiyadah hizb harus disalurkan ke seluruh bagian partai sehingga seluruh bagian bergerak, sebagaimana gerakan mesin yang menggerakkan seluruh bagian motor
2.Perbedaannya:
•Gerakan motor sebagai motor pabrik bergerak secara otomatis dan selalu harus digerakkan oleh piston
•Gerakan partai sebagai motor sosial tidak selalu harus digerakkan oleh qiyadah hizb, karena seluruh bagian partai telah terpengaruh perasaan oleh memahami fikrah partai dan jika hal ini bersentuhan dengan panasnya pimpinan partai maka kondisi ini akan menggerakkan partai terus menerus
•Kutlah hizbiyyah terus berinteraksi dengan umat untuk kemudian menjadi hizb mabdai yang dinamis dan berpengaruh
3.Metode (Thoriqoh), jika mengkaji aktivitas dakwah Rasul maka metode dakwah partai bersifat pemikiran dan tanpa kekerasan dengan metode operasionalnya sbb:
a. Marhalah I (poin 9-12) halaman 47-56
Aktivitas yang dilakukan:
1.Pembinaan (hal. 48-50) bersifat amaliah yakni bahwa tsaqofah dipelajari untuk diamalkan dalam kehidupan.
Tahapan pembinaan ditempuh dengan asumsi:
•Seluruh individu umat kosong dari pemikiran yang shohih, sehingga mereka perlu dibina dengan Islam
•Masyarakat adalah madrasah bagi hizb yang berarti bahwa hizb akan membina mereka dan dicetak dari mereka orang-orang yang siap menjadi kader dakwah
•Idiologi Islam adalah guru yakni bahwa ilmu dan tsaqofah yang diajarkan, didapat dan diamalkan dalam kancah kehidupan hanya terbatas dari idiologi Islam saja.
2.Perbedaan madrasah dengan hizb (hal. 50-56)
•Madrasah bersifat rutin, meski kurikulumnya benar, madrasah tidak dapat menjamin kebangkitan umat. Sementara partai bersifat dinamis yang mengontrol dan membentuk masyarakat dengan suasana keimanannya.
•Madrasah mendidik individu agar berpengaruh terhadap jamaah (umat), maka hasilnya bersifat individual artinya kebaikan dan kebangkitan hanya terbatas pada individunya tertentu saja, contoh: menghasilkan dokter, ahli mesin, dll sesuai bidang pendidikan. Sementara partai membina individu untuk mempengaruhi jamaah (umat) maka hasilnya bersifat jamaah. Karena individu tsb dibina oleh partai untuk menjadi kader dakwah di tengah-tengah umat atau jamaah.
•Madrasah mempersiapkan perasaan secara parsial pada individu-individu untuk mempengaruhi perasaan jamaah (umat). Karenanya madrasah tidak mampu mempengaruhi perasaan dan merangsang pemikiran umat. Sementara partai mempersiapkan secara menyeluruh dalam jamaah (umat) untuk mempengaruhi perasaan individu-individunya. Karenanya partai mampu mempengaruhi perasaan dan merangsang pemikiran umat secara sempurna.
3.Peralihan ke marhalah 2 (hal. 56-59)
•Syarat peralihan tahap 1 ke tahapan 2:
1.Masyarakat menyadari ada aktivitas dakwah dan mengetahui ada para kader partai di tengah-tengah mereka yang menyerukan dakwah kepada mereka
2.Sudah terbentuk dan terjalin ruh jamaah diantara para kader partai
3.Para kader dakwah telah menguasai tsaqofah partai secara mendalam dan telah terbentuk kepribadian Islam (Idiologi Islam terinternalisasi pada diri pengembannya)
= jika syarat di atas terpenuhi, partai telah melewati nuqthoh ibtida’ (titik awal dakwah) dan partai harus berpindah ke nuqthatul intilaq (titik tolak dakwah)
4.Untuk menjalani nuqthatul intilaq partai harus mulai menyeru umat (mukhatobatul ummah), untuk memulai seruannya, partai harus memulai dengan mencoba menyeru umat (muhawalatul mukhatabah), jika berhasil maka partai harus menyeru secara langsung (mukhatabah mubasyarah), seruan-seruan ini dilakukan dengan:
•Tsaqofah murakkazah (pembinaan dan pengkaderan intensif dalam halqoh-halqoh)
•Tsaqofah jama’iyah (pembinaan masyarakat umum)
•Kifahus Siyasi dan Shira’ul Fikr (perjuangan politik dan pergulatan pemikiran)
•Tabhani mashalihul ummah (mengadopsi kemaslahatan-kemaslahatan umat)
•Tsaqofah murakkazah (pembinaan dan pengkaderan intensif dalam halqoh-halqoh)
•Tsaqofah jama’iyah (pembinaan masyarakat umum)
•Kifahus Siyasi dan Shira’ul Fikr (perjuangan politik dan pergulatan pemikiran)
•Tabhani mashalihul ummah (mengadopsi kemaslahatan-kemaslahatan umat)
= jika partai berhasil dalam 4 aktivitas di atas maka partai telah berpindah ke nuqthah intilaq secara alami. Perpindahan ke titik tolak ini yang mengantarkan peralihan partai dari tahap pertama memasuki tahap ke 2 pada saat yang tepat secara alami
b. Marhalah II berinteraksi dengan umat (poin 13-17/hal. 60-73)
•Pengertian berinteraksi dengan umat adalah memahamkan mereka akan idiologi partai agar menjadi mabda’ umat, agar umat mengambil kaidah dalam beraktivitas yakni berpikir dan beraktivitas untuk mencapai suatu tujuan, dengan berinteraksi dan memahamkan idiologi dengan jelas dan cara yang tepat maka umat akan bergerak bersama-sama partai untuk menerapkan idiologi Islam dalam kehidupan dan membawa partai memasuki tahapan ke III (nuqhtah irtikaz) dimana tercipta opini dan kesadaran umum di tengah-tengah umat. Maka tholabun nushrah penting untuk dilakukan.
•Kesulitan yang akan dihadapi saat partai berinteraksi dengan umat:
1.Mabda vs sistem yang diterapkan dimana penguasa menganggap mabda, dan para kader dakwah sebagai ancaman bagi kekuasaan mereka maka solusi atas kesulitan ini; pandai-pandai menjaga diri dengan tetap menyerukan mabda secara gamblang dan bersiap sedia menanggung segala penderitaan
2.Perbedaan tsaqofah di tengah-tengah umat, solusi; tetap memahamkan mabda kepada umat
3.Faktais/waqi’iyin baik faktais sejati maupun faktais yang jumud, enggan berfikir dan menerima keadaan baru, solusi; tetap memahamkan mabda kepada umat
4.Keterikatan manusia pada kemaslahatan-kemaslahatannya, solusi; mengingatkan kader partai untuk menjadikan dakwah dan partai sebagai titik sentral kepentingannya
5.Lemahnya pengorbanan di jalan Islam dan dakwah Islam, solusi; mengingatkan orang-orang beriman bahwa Allah telah membeli harta dan jiwa mereka dengan surga
6.Perbedaan sarana fisik dan kultur masyarakat, solusi; tetap membina umat dengan mabda dengan satu metode, karena mereka adalah umat yang memiliki pemikiran, perasaan dan mabda yang satu
•Bahaya yang akan dihadapi:
1.Bahaya mabda yakni umat menuntut kebutuhannya dipenuhi, cara mengatasinya; partai harus tetap berpegang teguh kepada mabda
2.Bahaya kelas yakni para kader dakwah merasa lebih tinggi derajatnya daripada umat, cara mengatasinya adalah menyadarkan para kader dakwah bahwa mereka tidak boleh memiliki perasaan kecuali bahwa mereka adalah pelayan umat yang harus melayani mereka, hal ini agar kepercayaan umat tetap terpelihara pada partai dan agar pada tahap ke tiga dimana partai berhasil meraih kekuasaan, para kader dakwah tetap menjadi pelayan umat
2.Bahaya kelas yakni para kader dakwah merasa lebih tinggi derajatnya daripada umat, cara mengatasinya adalah menyadarkan para kader dakwah bahwa mereka tidak boleh memiliki perasaan kecuali bahwa mereka adalah pelayan umat yang harus melayani mereka, hal ini agar kepercayaan umat tetap terpelihara pada partai dan agar pada tahap ke tiga dimana partai berhasil meraih kekuasaan, para kader dakwah tetap menjadi pelayan umat
c. Marhalah ke III pengambilalihan kekuasaan
Penerapan mabda secara inqilaby dengan thoriqah ummat. Inilah fase terakhir yang akan ditempuh oleh partai, dimana umat akan menyerahkan kekuasaan kepada partai demi menerapkan Islam secara menyeluruh dan menyebarkan Islam ke seluruh dunia dalam sebuah Daulah Khilafah Islamiyah.[Novita Aryani M-Noer]
Penerapan mabda secara inqilaby dengan thoriqah ummat. Inilah fase terakhir yang akan ditempuh oleh partai, dimana umat akan menyerahkan kekuasaan kepada partai demi menerapkan Islam secara menyeluruh dan menyebarkan Islam ke seluruh dunia dalam sebuah Daulah Khilafah Islamiyah.[Novita Aryani M-Noer]
Bahan Bacaan:
Al-Takattul al-Hizbi,Ta’rif dan Manhaj HT; karya Taqiyuddin an-Nabhani
Al-Takattul al-Hizbi,Ta’rif dan Manhaj HT; karya Taqiyuddin an-Nabhani