Seputar Riya dan Tasmi'
https://rumah-tsaqofah.blogspot.com/2020/12/seputar-riya-dan-tasmi.htmlRiya adalah menginginkan keridhaan manusia ketika melakukan aktivitas taqarub ilallah. perkara riya adalah perkara aktivitas hati, bukan termasuk ke dalam perkara lisan dan anggota badan lainnya. hakikat dari riya adalah tujuan dari perbuatan dan perkataan. jadi, ada didalam riya terjadi pengalihan tujuan taqarub yang sejatinya ditujukan kepada Allah semata menjadi karena manusia. oleh karena itu, perkataan dan perbuatan bukanlah riya itu sendiri, melainkan tempat adanya riya. sedangkan riya itu sendiri adalah tujuan dari taqarub, bukan yang dituju, ketika yang di tuju adalah keridhaan manusia. apabila tujuan taqarub itu suatu taqarub berserikat antara Allah dan manusia, maka taqarub seperti ini adalah haram. lebih parah lagi dari hal ini, jika taqarub itu murni ditujukan untuk manusia, bukan untuk Allah.
Adapun
tasmi’ adalah menceritakan aktivitas taqarub kepada manusia untuk
memperoleh keridhaan mereka. perbedaan antara riya dan tasmi’ (sum’ah) adalah
riya itu menyertai suatu amal, sedangkan tasmi’ adalah setelah beramal.
riya
tidak bisa diketahui oleh orang lain, keculai oleh manusia dan Allah saja, dan
tidak ada cara bagi orang lain untuk mengetahuinya. bahkan orang yang riya
sekalipun terkadang tidak tahu kalo ia sedang riya, kecuali jika ia berubah
untuk menjadi IKHLAS.
Imam
Nawawi telah meriwayatkan dalam al-majmu’ dari asy-Syafi’i, beliau berkata, ”
Tidak akan mengetahui riya kecuali orang yang ikhlas.” Ikhlas itu membutuhkan
perhatian yang serius dan kesungguhan jiwa. Tidak akan mampu berbuat ikhlas
kecuali uang yang telah memisahkan diri dari dunia.
tasmi’
bisa terjadi ada pada taqarub yang dilakukan secara sembuyi-sembunyi seperti
orang yang sholat malam, dan di pagi harinya ia menceritakan taqarubnya itu
kepada orang lain. tasmi’ pun bisa terjadi pada taqarub yang terang-terangan di
suatu tempat, kemudian diceritakan kepada orang lain yang ada ditempat lain.
semua itu dilakukan untuk mencari keridhaan manusia.
Diantara
pelajaran terbaik yang diajarkan kepada kita adalah dari pelajaran dari
generasi terbaik islam yakni para sahabat Rasulullah saw dan upaya mereka untuk
mejauhkan diri dari sifat tasmi’. sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Abu
Yusuf dalam kitab al Atsar dari Abu Hanifah dari Ali bin al -Aqmar, bahwa Umar
bin al-Khattab pernah lewat kepada seorang laki-laki yang sedang makan dengan
tangan kirinya. Umar saat itu berdiri dan menghadap para sahabat yang sedang
makan. Maka Umar berkata kepada Lelaki itu, “Wahai hamba Allah, makanlah dengan
tangan kananmu!” Laki-laki itu menjawab, “Tangan kananku ‘sibuk’”. Kemudian
Umar menghampiri kedua dan ketiga kalinya tapi laki-laki itu tetap makan dengan
kirinya dan berkata seperti tadi. kemudian Umar berkata, “Sibuk dengan apa?”
laki-laki itu berkata, “Tangan kananku terputus pada perang Mu’tah”. Maka Umar
pun terkejut mendengar jawaban itu. Kemudian berkata, “Lalu siapa yang mencuci
pakaianmu? Siapa yang meminyaki rambutmu? Siapa yang melayanimu?”. Ali bin
Akmar berkata, “Kemudian Umar menyiapkan kebutuhannya. Umar memerintahkan agar
ia diberi seorang budak, satu tunggangan beserta makanan dan nafkahnya.” Para
sahabat berkata, “Umar telah memberikan balasan kebaikan kepada rakyatnya.”
juga
hadist yang diriwaytkab oleh al Bukhari dari Abu Musa yang berkata, ” Kami
pernah keluar bersama Rasulullah saw. pada suatu peperangan. Pada saat itu
jumlah kami ada 6 orang. Diantara kami hanya ada satu unta yang dinaiki secara
bergantian, hingga kakiku pecah-pecah dan kukuku pun terkelupas. Pada saat itu
kami membalut kaki kami. Abu Musa menceritakan hal ini, kemudian ia tidak
menyukainya. ia berkata, “Kami berbuat bukan untuk diceritakan.” Seolah-olah
Abu Musa tidak suka sedikipun amalnya disebarkan.
Riya
dan Tasmi’ jelas diharamkan, tanpa ada perbedaan pendapat tentangnya. dalinya
sangat banyak, diantaranya :
Maka
siapa saja yang berharap bertemu Tuhannya maka hendaklah beramal amalan yang
shalih dan tidak menyekutukan (Allah) dalam melakukan ibadah kepada-Nya
(Q.S.
al-Kahfi [18]: 110).
Rasulullah
bersabda, “barang siapa ingin didengar amalnya, maka Allah akan memperdengarkan
amalnya kepada manusia. barang siapa ingin dilihat amalnya, maka Allah akan
memperlihatkan amalnya kepada manusia. (lafadz dari al-Bukhari).
Hadist
Abu Hindi ad-Dari riwayat baihaqi, ath-Thabrani, dan Ahmad dengan redaksi dari
Imam Ahmad, sesungguhnya Abu Hindi mendengar Rasulullah saw bersabda :
“Barangsiapa
yang melaksanakan suatu amal dengan riya dan sum’ah, maka Allah akan
memperlihatkan dan memperdengarakan amal itu di hari kiamat. (al-Mundziri
berkata, “Sanadnya baik.” a;-Haitsami berkata, “Perawi Ahmad, al-Bazzar, dan
salah satu sanad at-Thabrani adalah para perawi yang shahih”).
ada
hadist yang cukup panjang mengenai riya ini. mari kita simak :
Hadist
Abu Hurairah diriwayatkan oleh Muslim dan an-Nasa’i ia berkata, aku mendengar
Rasulullah bersabda :
“Yang
pertama kali akan diadili dihari kiamat adalah orang yang mati syahid. Kemudian
ia dibawa kehadapan Allah, dan Allah memberitahukan kenikmatan kepadanya, maka
ia pun mengetahuinya. Allah berfirman, “Apa yang engkau lakukan di dunia?”
Orang itu berkata, “Aku telah berperang karena-Mu hingga aku syahid.” Allah
berfirman, “Engkau dusta. Sebenarnya engkau berperang karena ingin dikatakan
sebagai pemberani dan hal itu telah dikatakannya.” Kemudian Allah Swt
memerintahkan untuk membawanya, maka orang itu diseret di atas wajahnya hingga
ke neraka.
Kemudian
orang yang mempelajari dan mengajarkan ilmu serta membaca al qur’an. lalu ia
dibawa ke hadapan Allah, dan Allah memberitahukan kenikmatan kepadanya, maka ia
pun mengetahuinya. Allah berfirman, “Apa yang engkau lakukan di dunia?” Orang
itu berkata, “Aku telah mempelajari Ilmu dan mengajarkannya, aku pun membaca al
qur’an karena-Mu. Allah berfirman, “Kamu dusta. Sebenarnya kamu mempelajari
ilmu karena ingin dikatakan sebagai orang alim. Kamu membaca al-Qur’an karena
kamu ingin dikatakan sebagai Qari, dan semua itu telah dikatakannya.” Maka
orang itu diseret di atas wajahnya dan dilemparkan ke neraka.
Kemudian
orang yang diberi keluasaan oleh Allah dan diberi karunia bermacam-macam harta.
Lalu ia dibawa kehadapan Allah dan Allah memberitahukan kenikmatan kepadanya,
maka ia pun mengetahuinya. Allah berfirman, “Apa yang engkau lakukan di dunia?”
Orang itu berkata, “Tidak ada satu jalanpun yang Engkau sukai untuk berinfak di
jalan itu kecuali aku menginfakan hartaku karena-Mu.” Allah berfirman, “Kamu
dusta. Sebenarnya kamu melakukan itu semua karena ingin dikatakan sebagai
dermawan, dan semua itu telah dikatakan.” Kemudian Allah Swt memerintahkan
untuk membawanya. Maka orang itu diseret di atas wajahnya hingga dilemparakan
ke neraka.
Hadist
riwayat Ibnu majah, Baihaqi dan al Hakim, ia berkata, ” hadist ini shahih tidak
ada penyakitnya. Dari Zaid bin Aslam, dari bapaknya, bahwa Uamr ra. telah
keluar menuju masjid kemudian ia menemukan Muadz sedang menangis dekat kuburan
Rasululah saw. Umar berkata, “Apa yang membuatmu menangis?” Muadz berkata, “Aku
menangis karena ingat suatu hadist yang pernah aku dengar dari Rasulullah saw,
beliau berkata, “Riya yang sedikit itu syirik. barangsiapa yang memusuhi
wali-wali Allah, maka ia telah memerangi Allah secara
terang-terangan.Sesungguhnya Allah Swt. mencintai orang-orang yang berbuat baik
yang bersih hatinya, dan tersembunyi. Jika mereka tidak ada, maka mereka di
cari, jika mereka hadir, maka mereka tidak di kenal. hati mereka merupakan
pelita-pelita petunjuk, mereka keluar dari setiap debu yang gelap”
jika
riya merasuki suatu amal dalam taqarub kepada Allah, maka akan membatalkan amal
itu. Artinya, amal itu dipandang seolah-olah tidak ada (tidak pernah
dilakukan). dalinya adalah :
Hadist
riwayat Abu Hurairah riwayat Muslim, ia berkata, Rasulullah saw bersabda,
“Allah berfirman.”Aku adalah Dzat yang tidak butuh terhadap perserikatan
diantara yang berserikat. Barangsiapa melaksanakan suatu amal, didalamnya ia
menyertakan selain-Ku bersama-Ku, maka Aku akan meninggalkan perserikatannya”
tasmi’
berbeda dengan riya dalam hal membatalkan amal. meski keduanya sama-sama
diharamkan. ketika Tasmi’ dicampuri riya, maka amal yang seperti ini sudah
batal sebelum tasmi. sementara Tasmi’ ini akan membuatnya semakin berdosa,
meski Tasmi’ tidak mempengaruhi batal dan tidaknya amal itu.
adakalanya
suatu amal dilaksanakan ikhlas karena Allah, sehingga menjadi amal yang baik
dan benar. Tapi kemudian orang yang melaksanakan amal tersebut menjadi berdosa
karena adanya tasmi’ setelah selesainya amal itu. dosa Tasmi’ ini bisa bisa
diistighfari atau ditaubati, sama seperti dosa-dosa yang lain. Jika Allah
memberikan ampuna sebelum wafat atau menutupinya sebelum hari kiamat, maka hal
ini kebaikan baginya. jika tidak demikian, maka Allah akan meletakan dosa
karena Tasmi’ dalam timbangan amalnya dan akan mengurangi kebaikan-kebaikannya.
hanya saja, tasmi’ tidak bisa membatalkan amal amal yang dikerjakan dengan
ikhlas tadi, berbeda dengan riya yang membatalkan amal tersebut, kenapa? karena
dalil-dalil yang menjelaskan tentang tasmi’ hanya menjelaskan seputar
keharamannya saja,bukan pembatalan perkara amal.
bagaimana
agar kita terhindar dari sifat riya ini?
Rasulullah
saw telah mengajarkan kita bagaimana agar terhindar dari sifat ini. Imam Ahmad,
ath-Thabrani, dan Abu Ya’la telah mengeluarkan dengan isnad yang hasan, dari
Abu Musa al-Asy’ari, ia pernah berkata dalam khutbahnya :
“Wahai
manusia, jauhilah syirik ini(riya), karena ia lebih samar dari merayapnya
semut. Kemudian Abdullah bin Hazn dan Qais bin al-Mudharib berdiri
menghampirinya dan kedua berkata, “Demi Allah, engkau harus menarik kembali
ucapanmu itu, atau kami akan mendayangi Umar, baik diizinkan maupun tidak,” Abu
Musa berkata, “baik, aku akan tarik kembali perkataanku.” Suatu ketika
Rasulullah saw.,khutbah dihadapan kami dan bersabda. “wahai manusia. jauhilah
syirik ini, karena sesungguhnya ia lebih samar dari suara merayapnya semut.”
Kemudian ada orang yang berkata kepada Rasulullah saw dengan kehendak Allah.
“wahai Rasulullah!, bagaimana kita bisa menjaga diri darinya, padahal ia lebih
samar dari suara merapanya semut?” Rasulullah saw bersabda, “Ucapkanlah, Ya
Allah sungguh kami berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu
yang kami kethaui dan kami mohon ampun kepada-mu dari sesuatu yang tidak aku
ketahui.”
Bahan
bacaan : buku Min Muqawimat Nafsiyah Islamiyah (Pilar-pilar pengokoh nafsiyah
Islamiyah) yang dikeluarkan oleh Hizbut Tahrir, dari Bab “Orang yang yang
paling baik akhlaknya”
Agustus
26, 2010
sumber
:http://adivictoria1924.wordpress.com/2010/08/26/seputar-riya-dan-tasmi/