TZd6YZLmRqLbTFG8YZR9Tqw4d6ezdJbeIrbuNrbcM6fedj==

Telaah Demokrasi Sistem Kufur

×
Telaah Demokrasi Sistem Kufur
Silahkan klik layar

Sabar Dalam Ketaatan

https://rumah-tsaqofah.blogspot.com/2020/12/sabar-dalam-ketaatan.html



Secara bahasa, sabar berarti

حَبس النفس عن الجَزَعِ

“menahan diri dari berkeluh kesah” (Al Jauhari, As Sihhah fi Al Lughoh, 1/378).

تَرْكُ الشَّكْوَى مِن أَلَمِ الْبَلْوَى لِغيرِ اللهِ لَا إلى اللهِ

“meninggalkan berkeluh kesah karena beratnya ujian kepada selain Allah, bukan kepada Allah.” (Al Jurjâniy, At ta’rîfaat, 1/42)

Sabar terdapat dalam tiga keadaan: 1) menjauhi perkara yang diharamkan oleh Allah, 2) menjalankan ketaatan kepada Allah, dan 3) menghadapi ketentuan qodho’ dan qodar-Nya.

Ketaatan Membutuhkan Kesabaran

Melaksanakan keta’atan, memilih dan menetapi kebenaran adalah perkara yang tidak ringan karena pada umumnya dibenci oleh hawa nafsu. Oleh karena itu, bersabar dan meninggalkan berkeluh kesah dalam menjalankan ketaatan adalah perkara yang mutlak dibutuhkan.

Sabar dalam menjalankan ketaatan terbagi menjadi tiga bagian, pertama, kesabaran sebelum melakukan ketaatan, kedua, kesabaran ketika sedang melaksanakan ketaatan, dan ketiga kesabaran setelah selesai melaksanakan ketaatan. 

Sebelum melakukan ketaatan penting untuk memurnikan niat, karena Allah hanya menerima ketaatan yang dibarengi niat yang benar saja. Disinilah pentingnya kesabaran untuk senantiasa berusaha  membuang segala lintasan pemikiran yang buruk dan godaan-godaan duniawi ketika hendak melaksanakan ketaatan.

Ketika sedang melaksanakan ketaatan juga mutlak diperlukan kesabaran untuk berusaha melaksanakan ketaatan tanpa terdapat secuil ghaflah (kelalaian)pun di dalam ketaatan tersebut. Kadang seseorang berhasil bersabar pada tahap pertama, memurnikan niat dalam ketaatan, namun ketika melakukan ketaatan dia gagal menyandarkan ibadahnya itu kepada Allah, ketaatannya didominasi oleh lintasan-lintasan pikiran buruk; lepas dari kesadaran akan hubungan dia dengan Allah.

Allah berfirman dalam surat al-Muzzammil, ayat 8:

وَاذْكُرْ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلاً .

“Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan”.

Imam Al Qurthubi (w. 671 H) menyatakan:

(وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًا) التَّبَتُّلُ: الِانْقِطَاعُ إِلَى عِبَادَةِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، أَيِ انْقَطِعْ بِعِبَادَتِكَ إِلَيْهِ، وَلَا تُشْرِكْ بِهِ غَيْرَهُ

“(wa tabattal ilaihi tabtiila, [beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan]) at tabattul: adalah pemutusan (dari yang lain) untuk fokus beribadah kepada Allah ‘azza wa jalla, yakni maksudnya dedikasikanlah ibadahmu untuk-Nya semata, jangan kau serikatkan Dia dengan yang lain” (Al Jâmi’ Li Ahkâmil Qur’ân, 19/44).

Juga perlu kesabaran untuk senantiasa menjaga hati, bahwasanya ketaatan yang dilakukan itu bisa terjadi karena karunia dan pertolongan dari Allah, bukan semata-mata karena kehebatan dirinya.

Ibnu `Ata’illah, dalam al Hikam memberi peringatan:

لا تفرحك الطاعة لأنها برزت منك، وافرح بها لأنها برزت من الله اليك

“Janganlah ketaatan kepada Allah menggembirakanmu karena ketaatan itu muncul darimu. Namun bergembiralah dengan ketaatan itu karena ketaatan itu telah datang dari Allah kepadamu…”

Termasuk dalam pengertian bersabar ketika melaksanakan ketaatan ialah dengan tidak menunda ketaatan tersebut ketika terdapat rintangan, tidak mengeluhkan rintangan tersebut, dan bersabar dalam meneruskan ketaatan dan menerobos rintangan yang menghalangi. Ibn `Ata’illah menyatakan:

احالتك الأعمال على وجود الفراغ من رعونات النفس .

“Penundaanmu terhadap amal-amal kebajikan karena menunggu adanya waktu lapang, adalah sebagian dari kebodohan diri”.

Seseorang yang tidak bersabar menghadapi rintangan, lalu menunda ketaatan karena rintangan tersebut, lambat laun bisa terjatuh pada kehinaan; saat lapangpun tidak Allah bukakan hatinya untuk melakukan ketaatan.

الخذلان كل الخذلان أن تتفرغ من الشواغل ثم لا تتواجه اليه، وتقل عوائقك ثم لا ترحل اليه .

“Sangat hina jika anda mendapatkan kelapangan dari segala kesibukan, namun anda tidak menghadap  kepada Allah, dan ketika anda mendapatkan sedikit rintangan lalu anda tidak berangkat kepada-Nya”.

Adapun kesabaran setelah selesai melaksanakan suatu ketaatan adalah bersabar untuk tidak memamerkan ketaatan tersebut kepada orang lain, terutama jika dikhawatirkan bisa merubah kondisi hatinya hingga terjangkit penyakit riya’ dan sum’ah (ingin dilihat dan didengar manusia).

Kesabaran dalam hal ini lebih berat lagi ketika ketaatan itu berupa ‘amar ma’ruf nahi munkar, karena ketaatan jenis ini jarang bisa disembunyikan, oleh karena itu perlu kesabaran lebih untuk menjaga hati agar tetap benar niatnya, baik ketika menerima pujian maupun celaan, baik ketika diberi ‘amplop’ transportasi maupun ketika dipersekusi.

Begitu juga ketika berhasil menyembunyikan ketaatan dari manusia, masih perlu bersabar karena ‘ujub (berbangga diri) dan takabbur (sombong, meremehkan orang lain), sewaktu-waktu bisa timbul, merasa berjasa dan punya peran yang besar, lalu lupa bahwa semua keberhasilan itu bisa terjadi atas idzin dan karunia dari Allah semata. Allaahu A’lam. [Ustadz MTaufikNT]

576923221414935698
#Tsaqofah    #Dakwah     #Syariah    #Tafsir    #Hadits    #Khilafah     #TanyaJawab    #Analisis

#Ekonomi    #Nafsiyyah    #Muslimah    #KitabMutabannat    #Video    #PowerPoint     #Ramadhan 

20210121-204514-0000-picsay
20210121-204514-0000-picsay
Tonton Penyebab Runtuhnya Khilafah
Sabar Dalam Ketaatan

Form Bantuan Whatsapp

Assalamualaikum! Ada yang bisa dibantu?
×

Relasi

Chat Kami disini
Home
0
Notif
Darkmode
Total Harga ( Produk)

:

:

Ongkos kirim akan muncul setelah ongkir dipilih

Biaya ongkir: dg berat ()
Total Pembayaran:

Mulai dari jalan, RT/RW, Kec, Kab, Prov dan Kode POS

Tulis catatan disini untuk keterangan lainnya

KIRIM