RADIKALISME: ANTARA REALITAS DAN MITOS
https://rumah-tsaqofah.blogspot.com/2020/12/radikalisme-antara-realitas-dan-mitos.htmlDalih seperti “Global War on Terror”, “Global War on Radicalism” dicanangkan Negara Adidaya kapitalis, dalih ini telah menyebabkan umat Islam merasakan rasa sakit yang bahkan tidak pantas dirasakan oleh hewan. Invasi militer dan berbagai pelecehan sebagai konsekuensi yang mengikutinya.
Banyak
inkonsistensi dalam narasi ‘War on Terror’ dan ‘War on Radicalism’ serta
manipulasi atmosfer ketakutan yang diciptakan untuk menyerang gagasan-gagasan
politik Islam yang telah mendapat banyak dukungan luas di dunia Muslim.
Slogan-slogan ini digunakan untuk melanjutkan penganiayaan terhadap umat Islam.
Sementara slogan radikalisme menjadi selimut palsu yang digunakan secara
langsung untuk menargetkan setiap Muslim dimanapun dia berada selama dia
menyerukan upaya membangun kepribadian Islam secara individu atau sebagai
masyarakat Islam sebagai cara hidup yang sempurna.
Istilah
radikal sendiri tidak menghasilkan makna yang baik atau buruk dari sesuatu.
Namun istilah ini telah diberi definisi baru oleh Amerika Serikat dan Eropa.
Mereka membuat terorisme dan radikalisme identik menodai citra mereka yang
ingin menghidupkan kembali tata dunia kapitalistik. Akidah Islam sebagai
pengganti kapitalisme yang rusak adalah sasarannya. Siapapun yang telah dicap
sebagai radikal dengan cara yang sama seperti mereka dicap sebagai teroris. Ini
bukan hal baru, karena berbagai fitnah lainnya secara historis telah digunakan.
Upaya ambisius yang destruktif dilakukan rezim kapitalis untuk ‘mereformasi
Islam’.
Aneka
undang-undang, gaya politik atau kebijakan melawan radikalisme dan terorisme
membuahkan masalah. Muncul berbagai ketidakadilan terhadap umat Islam di seluruh
dunia pada umumnya. Sangat menyedihkan melihat apa yang dihadapi umat Islam di
Suriah, Palestina, Afghanistan, Uzbekistan, Yordania, Irak, Myanmar, Yaman,
dll. semua mengalami masa-masa sulit di bawah slogan ‘kampanye melawan
radikalisme’ yang dipelopori AS di seluruh dunia di mana negara-negara yang
telah menerima untuk digunakan dalam kampanye berbahaya ini didukung penuh,
termasuk kucuran dana.
Kita
hidup di abad ini, kita mengalami hidup susah di bawah naungan peradaban
Kapitalisme Barat yang korup serta berasal dari pikiran manusia yang lemah.
Peradaban Kapitalisme masih terus berlanjut dan masih konstan disponsori dan
diadvokasi di seluruh dunia oleh Amerika Serikat dan sekutunya melalui slogan
seperti Freedom, Demokrasi, perdagangan bebas dll. Namun Anda menyaksikan
tawaran mereka gagal memenuhi euforia perubahan masyarakat, makin terpuruk.
Lalu
keinginan kaum muslim untuk kembali ke dalam sistem Islam menguat setelah
menyaksikan kegagalan Kapitalisme dalam menguasai dunia. Karena itu, Amerika
dan sekutunya telah menetapkan undang-undang, metode dan kebijakan yang
bertujuan untuk menghentikan atau menghalangi kecepatan umat Islam yang
menuntut perubahan ideologis Islam; Akibatnya, di antara kebijakan tersebut
adalah perang melawan teror, perang melawan radikalisasi, dll.
Banyak
ulama dan aktivis yang menentang kesalahpahaman tentang radikalisasi,
‘ekstremisme’ dan kekerasan politik, dengan cara menjelaskan ajaran-ajaran
politik Islam dan memetakan jalan ke depan untuk masa depan. Buah dari dakwah
adalah kondisi dimana kaum muslimin saat ini terbangun dari sikap diamnya,
menantang usaha untuk pendiskreditan Islam dan pemeluknya, mereka mulai
memahami kewajiban pembentukan sistem politik Islam yang independen di dunia
Muslim, dengan istilah khilafah.
Sejumlah
manuver dan argumen telah disosialisasikan kepada publik untuk menyarankan agar
sistem Khilafah menjadi kewajiban yang tidak diinginkan bahkan ide-idenya harus
ditentang, termasuk upaya untuk menghubungkan konsep khilafah dengan kekerasan.
Maka yang tampak justru kegagalan dalam wacana Barat tentang Khilafah.
Gagasan
politik Islam dipandang sebagai ancaman potensial bukan untuk keamanan, tapi
untuk mempertahankan kontrol, eksploitasi dan dominasi raksasa kapitalis agar
invasi politik dan ekonomi mereka yang terus berlanjut selama beberapa dekade.
Namun bagi kaum muslim, gagasan khilafah berarti pembebasan dari tirani dan
penindasan, ini terkait dengan prinsip dan sejarah mereka dan kemampuan untuk
menentukan takdir politik mereka sendiri.
Kekejaman
ini dihadapi umat Islam namun sangat mengejutkan. Ironisnya sikap media massa
pragmatis pro kolonialisme Barat, turut membantu menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk membenarkan pembunuhan orang-orang Muslim sambil mengucapkan
selamat dan memuji pejabat dan institusi yang ditugaskan memerangi terorisme
untuk pekerjaan baik mereka. Dalam tragedi pemboman misalkan, sebelum
penyelidikan dilakukan, Anda akan mendengar media memberikan pernyataan tipis
yang mengatakan bahwa “seorang teroris” telah mengebom daerah tertentu, atau
dengan kalimat yang lain, selama tersangka adalah seorang Muslim.
Kita
jangan sampai jatuh ke dalam perangkap yang diletakkan oleh Barat atas adu
domba kaum muslim dengan cap Radikal Muslim dan Muslim Moderat. Yang jelas,
banyak data terungkap hingga pada kesimpulan final bahwa gembong teroris adalah
Amerika Serikat dan ‘Israel’ yang secara terbuka melihat untuk menargetkan kaum
Muslim dan Islam dalam perang panjang.[]