Mengharap Rahmat dan Ampunan Allah SWT
https://rumah-tsaqofah.blogspot.com/2020/12/mengharap-rahmat-dan-ampunan-allah-swt.htmlSeorang Muslim dalam kehidupannya boleh jadi melakukan banyak dosa. Sebagian mereka mungkin pernah terjatuh dalam perbuatan dosa besar seperti membunuh, berzina, memakan riba, mabuk, mencuri/merampas harta orang lain, dll.
Meski
demikian, Allah SWT sesungguhnya Maha Pengampun bagi siapa saja yang ingin
bertobat, tentu dengan tawbat[an]
nashuha (tobat yang sungguh-sungguh), dengan memenuhi sejumlah
syarat: memohon ampunan kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh (dengan banyak
ber-istighfar);
menyesal dengan penyesalan yang mendalam; bertekad untuk tidak mengulangi
perbuatan dosa yang pernah dilakukan; rela menerima hukuman (jika terkait dosa besar
seperti mencuri, berzina, membunuh, dll); meminta maaf dan mengembalikan
hak (jika terkait dosa kepada-atau melanggar hak-orang lain).
Karena
itu, sebetulnya tidak selayaknya seorang Muslim berputus asa dari rahmat dan
ampunan Allah SWT, karena Allah SWT sendiri berfirman (yang artinya): Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang
malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.
Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (TQS
az-Zumar [39]: 53).
Allah
SWT pun berfirman (yang artinya): Rahmat-Ku
meliputi segala sesuatu (TQS al-A’raf [7]: 157).
Selain
banyak ayat yang serupa, juga terdapat sejumlah hadits yang sejatinya
memberikan harapan kepada setiap Muslim karena begitu luasnya rahmat Allah SWT.
Baginda Rasulullah SAW, misalnya, bersabda, “Siapa
saja yang bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah
Rasulullah, maka Allah mengharamkan neraka atas dirinya.” (HR
Muslim).
Bagaimana
luasnya rahmat Allah SWT juga tersirat dalam sabda Baginda Rasulullah SAW dalam
sebuah hadits qudsi yang
berbunyi, “Allah SWT
berfirman: “Siapa saja yang datang membawa kebajikan, bagi dirinya pahala
sepuluh kali lipat atau lebih banyak. Siapa saja yang datang membawa keburukan,
maka balasan keburukan itu adalah keburukan yang serupa atau Aku ampuni.” (HR
Muslim).
Dalam
hadits lain Rasulullah SAW bersabda, “Allah
telah menjadikan rahmat-Nya menjadi seratus bagian. Allah menetapkan rahmat itu
tetap di sisi-Nya sebanyak 99 bagian dan menurunkan rahmat itu ke bumi satu
bagian saja. Dengan sebab satu bagian itu berbagai makhluk bisa saling
menyayangi…”
Dalam
riwayat lain dinyatakan, “Sesungguhnya
Allah SWT memiliki seratus rahmat. Satu di antaranya diturunkan di
tengah-tengah jin, manusia, binatang…” (HR Mutaffaq ‘alaih).
Dalam
hadits lain juga dinyatakan, “Allah
SWT memiliki seratus rahmat. Satu rahmat di antaranya menjadikan berbagai
makhluk menyayangi satu sama lain, sementara 99 rahmat (diberikan) pada Hari
Kiamat.” (HR Muslim).
Sebagaimana
rahmat Allah SWT begitu luas, demikian pula ampunan-Nya. Dalam hal ini,
Rasulullah SAW bersabda, “Demi
jiwaku yang berada di tangan-Nya. Seandainya kalian tidak berbuat dosa, Allah
pasti melenyapkan kalian, lalu mendatangkan kaum yang lain yang berbuat dosa,
kemudian mereka meminta ampunan kepada Allah, lalu Allah pun mengampuni
mereka.” (HR Muslim).
Rasulullah
SAW makhluk yang
berbuat dosa, lalu mereka memohon ampunan kepada-Nya, kemudian Allah mengampuni
mereka.” (HR Muslim).
Menurut
Ibn Malik, hadits ini tidak berarti mendorong manusia untuk berbuat dosa,
tetapi untuk meluaskan dada sebagian sahabat Nabi SAW yang merasa sempit karena
begitu besarnya rasa takut mereka akan dosa-dosa mereka hingga sebagian mereka
ada yang lari ke puncak-puncak gunung untuk fokus hanya beribadah dan sebagian
lain menjauhi (tidak mau menikahi) kaum wanita (Muhammad bin ‘Allan, Dalil al-Falihin,
II/265). Intinya, hadits ini menyadarkan kita betapa luasnya ampunan Allah SWT
sehingga mendorong kita untuk selalu berharap ampunan-Nya tanpa harus
berputus-asa.
Begitu
luasnya ampunan Allah SWT, juga tergambar dalam sabda Baginda Rasulullah SAW
yang berbunyi, “Sesungguhnya
Allah senantiasa membentangkan tangan-Nya sepanjang malam untuk mengampuni para
pendosa pada siang harinya; Allah pun membentangkan tangan-Nya sepanjang siang
untuk mengampuni para pendosa pada waktu malamnya; (hal ini berlangsung) hingga
matahari terbit dari tempat terbenamnya.” (HR Muslim).
Karena
itu, tak ada alasan bagi siapapun untuk berputus asa dari rahmat dan ampunan
Allah SWT. Sebaliknya, hendaknya setiap diri kita senantiasa bersungguh-sungguh
mengharap rahmat dan ampunan Allah SWT. Hanya saja, rahmat dan ampunan Allah
SWT tentu hanya akan Allah SWT berikan kepada mereka yang senantiasa tunduk dan
patuh kepada Allah SWT dengan berusaha menjalankan semua perintah-Nyaq dan
menjauhi segala larangan-Nya.
Wa ma tawfiqi illa bilLah